Minggu, 17 Oktober 2010

Cold Chain Management

Hasil mengikuti Training "COLD CHAIN MANAGEMENT OF VEGETABLES “
Oleh Agri-food and Veterinary Authority (AVA)
of Singapore
Tanggal : 5 – 11 Nopember 2009


I.Pengertian tentang Cold Chain Management

Pengelolaan Rantai Pendingin (Cold Chain Management-CCM) pada komoditas hortikultura merupakan serangkaian kegiatan dalam penanganan pasca panen yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesegaran produk. Teknologi rantai pendingin ini pada dasarnya ditekankan pada pengaturan temperatur dan kelembaban udara mulai dari saat panen, pengangkutan, penyimpanan hingga siap didistribusikan ke konsumen akhir. Kedua parameter tersebut dapat berpengaruh langsung terhadap menurunnya kualitas hasil panen akibat kehilangan kadar air maupun menurunnya kandungan nutrisi.

Pengelolaan rantai pendingin merupakan keharusan bagi pelaku usaha sayuran maupun buah segar di negara maju. Hal inilah yang menyebabkan semakin rendahnya angka kehilangan pasca panen (post-harvest losses) di negara maju, yakni kurang dari 10 %, sedangkan dinegara yang sedang berkembang dapat mencapa 20%. Dengan pengelolaan rantai pendingin yang baik pada komditas tersebut, maka umur simpannya (shelflife / storage life) dapat diperpanjang, kesegaran dapat dijaga serta keamanan dapat dijamin. Adapun beberapa tujuan dari CCM antara lain :
- Untuk memindahkan segera produk segar dari kondisi lapangan yang panas
- Untuk menjaga kondisi temperatur yang rendah dan kelembaban udara yang tinggi selama penyimpanan
- Untuk meminimalkan sumber kontaminanasi
- Untuk meminimalkan terpaan langsung sinar matahari
- Untuk menghindarkan kerusakan mekanis
- Untuk menghindarkan perubahan temperatur yang tiba-tiba
Penerapan rantai pendingin mencakup keseluruhan aktivitas sejak produk dipanen dari lapangan hingga sampai ke tangan konsumen. Sehingga pengelolaan rantai pendingin tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam penanganan produk segar tersebut, mulai dari : petani, pekerja di rumah pengemasan, distributor dan jasa angkutan, retailer bahkan konsumen produk yang bersangkutan.
Setidaknya terdapat 5 (lima) mata rantai atau link dalam penerapan CCM secara utuh dan tidak terputus, yakni :
• Pertama – dari panen di lahan hingga pre-cooling
• Kedua – dari pre-cooling hingga sortasi, pengemasan dan di packing house
• Ketiga – dari packing house hingga pasar induk (wholesaler)
• Keempat – dari pasar induk hingga supermarket/retailer
• Kelima – dari supermarket/retailer ke konsumen akhir

B. Sekilas tentang Technical Reference (TR 24 : 2007) for CCM of Vegetables

Penerapan CCM telah menjadi tuntutan bagi semua lini pelaku usaha sayuran di Singapura. Untuk itulah di negara tersebut dibentuk sebuah Kelompok Kerja (Working Group) yang menyiapkan dan menyusun sebuah buku pedoman teknis penerapan CCM yang disebut dengan Technical Reference for CCM of Vegetables, yang lebih dikenal dengan istilah TR 24 : 2007. Terdapat beberapa organisasi pemerintah maupun swasta yang terlibat dalam penyusunan buku pedoman teknis ini, antara lain : AVA, Consumers Association of Singapore, Fruits and Vegetables Association of Singapore, National Environment Agency, Singapore Airport Terminal Services (SATS), Singapore Cold Chain Centre, Efficient Consumer Response Council (ECR) of Singapore dan SPRING Singapore.
Didalam buku TR 24 terdapat banyak informasi dan referensi teknis tentang berbagai hal terkait dengan penerapan CCM di keseluruhan 5 (lima) link yang ada, seperti kebutuhan suhu dan kelembaban ruang simpan/pengangkutan serta metode pendinginan untuk setiap komoditas. Hanya ada 4 (empat) kelompok sayuran yang tercakup dalam TR 24 ini : sayuran daun (leafy vegetable), sayuran buah (fruited vegetable), sayuran berkepala (headed vegetable) dan aneka herba/aromatik (herbs) .
Buku tersebut telah disusun sejak tahun 2007 dan sebelum secara resmi dijadikan standart nasional dalam penerapan CCM di Singapura, maka terlebih dahulu dilakukan semacam uji coba (pilot trial) selama ± 2 tahun (2008-2010) untuk mendapatkan masukan, saran, koreksi dan feed back dari semua pihak terkait. TR 24 direkomendasikan untuk bisa dijadikan pedoman/petunjuk bagi petani (grower), importer, penyedia jasa angkutan dan pergudangan, supermarket/retailer, pelabuhan udara/laut dan pihak lain yang terkait dengan penanganan produk sayuran segar.

C. Perlakuan Pre-Cooling/ Fast-Cooling dan Beberapa Jenis/Metode Pendinginan

Pre-Cooling atau Fast Cooling merupakan tahap pertama dalam manajemen rantai pendingin, dan harus dilakukan sesegera mungkin setelah sayuran atau buah-buahan dipanen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setiap satu jam penundaan antara waktu panen dan perlakuan pre-cooling akan mengurangi taru hari umur simpan. Selain itu tingkat penurunan kualitas akan digandakan atau bahkan tiga kali lipat setiap adanya peningkatan suhu sebesar 10º C.
Tergantung pada beberapa jenis/metode pendinginan yang digunakan, kondisi suhu di area/ruangan pre-cooling harus dijaga berada pada kisaran 2 - 6º C. Dengan adanya suhu yang rendah tersebut, maka produk juga akan didinginkan secara cepat, sehingga akan mengurangi aktivitas fisiologis dan dapat menghambat proses pematangan (senescence) ataupun penurunan kualitas.
Pre-cooling dilakukan sebelum aktivitas penanganan pasca panen lainnya seperti : pembersihan/sortasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi. Proses pendinginan awal tersebut dilakukan dengan berbagai metode dan jenis/type peralatan yang berbeda sesuai dengan jenis dan karakteristik komoditas.
Setidaknya terdapat 5 (lima) jenis/metode pendinginan yang banyak digunakan untuk pelaku usaha hortikultura, yakni :
1. ROOM COOLING : pendinginan secara lambat (lebih dari 10 jam) bisa digunakan untuk berbagai jenis komoditas dan beayanya relatif rendah. Dilakukan pada ruangan berpendingin (suhu 2 - 6º C ), ruangan ini sering kali juga digunakan sebagai tempat penyimpanan sebelum produk di distribusikan ke pasar.

2. VACUUM COOLING : pendinginan secara cepat (sekitar 30 menit), hanya untuk jenis sayuran daun dan tidak digunakan untuk buah-buahan. Produk ditempatkan dalam sebuah vacuum chamber yang dikurangi tekanan atmosfirnya, mendorong terjadinya evaporasi kandungan air dari produk dan selanjutnya mernyebabkan menurunnya suhu produk tersebut secara cepat. Vacuum cooling termasuk metode yang high cost , namun diyakini merupakan metode yang terbaik dan paling efisien untuk pendinginan sayuran daun (seperti : bayam, kangkung, sawi putih, sawi daging, caisim, kailan dan selada).

3. FORCED-AIR COOLING : menggunakan kipas (fan) untuk mendorong masuknya udara dingin dalam tumpukan produk. Dapat digunakan untuk semua jenis sayuran maupun buah-buahan yang terlebih dahulu dimasukkan dalam kotak atau karton kertas yang berventilasi (± 5%). Pendinginan berlangsung antara 2 – 5 jam, merupakan metode yang relatif ekonomis.

4. HYDRO COOLING : mengurangi panas dengan air dingin yang mengalir, biasanya sekitar 20 liter per detik per m2. selain mengurangi panas, metode ini juga berfungsi untuk mencuci produk. Penggunaan disinfektan juga direkomendasikan untuk mengurangi penyebaran mikroorganisme. Metode ini digunakan untuk jenis sayuran umbi, sayuran buah maupun buah-buahan.
5. ICE COOLING : cocok digunakan untuk produk yang memiliki tingkat respirasi sangat tinggi, seperti Brokoli. Caranya dengan menempatkan pecahan es langsung diatas produk untuk menhambat kehilangan kelembaban dengan lama waktu kurang dari 20 menit.
*) beaya penerapan rantai pendingin di Singapura adalah sekitar $ 0,2/20 kg sayuran setara dengan Rp 1500/20 kg atau Rp 75.000/ton sayuran

D. Pengenalan Packing House/Processing House

Keberadaan Packing House sebagai link kedua dalam CCM sangat penting artinya sebagai tempat untuk menerima produk dari pertanaman dan mempersiapkan produk sebelum didistribusikan ke pasar. Packing House harus didesain sebaik mungkin untuk memastikan terjadinya aliran kerja yang mulus sehingga mengurangi panjangnya waktu dan jumlah pemindahan produk dari area satu ke lainnya.
Pembuatan desain dan pengoperasian Packing House hendaknya mengikuti persyaratan Good Manufacturing Practices (GMP). Prinsip GMP meliputi beberapa persyaratan, yakni : penyimpanan pencatatan (record keeping), kualifikasi personel, sanitasi, kebersihan, verifikasi peralatan, validasi proses dan penanganan keluhan.
Sebuah Packing House harus memiliki 4 (empat) area/ruangan, yakni :
1. ANTE ROOM : area penerimaan produk, sebaiknya terlindungi dan memiliki suhu antara 15 - 18º C ). Di area ini petugas penerima harus mencatat asal/lokasi maupun jenis komoditas secara benar.
2. PRE-COOLING AREA : suhu harus dijaga berada pada kisaran 2 – 6º C, harus diminimalkan terjadinya fluktuasi suhu dan kelembaban selama proses pre-cooling.
3. PACKING ROOM : suhu harus dijaga pada kisaran 15 - 18º C, merupakan tempat dilakukannya pembersihan bagian yang tidak diinginkan (trimming), sortasi, pengkelasan dan pengemasan. Semua kegiatan tersebut harus dilakukan secara cepat, dan tidak boleh lebih dari 30 menit untuk menghindari peningkatan suhu produk.
4. CHILLER ROOM/COLD STORAGE : suhu berkisar antara 2 – 6º C atau sesuai rekomendasi masing-masing komoditas, ditujukan untuk menghambat aktivitas metabolisme dan perubahan fisiologis yang mendorong terjadinya pematangan juga untuk menghambat pertumbuhan patogen. Penempatan krat/karton produk di dalam ruang penyimpanan harus diberi alas pallet dan diberi jarak dari dinding atau atap untuk menjamin terjadinya sirkulasi udara. Selain itu juga harus diperhatikan kompatibilitas antara jenis produk, seperti kandungan ethylene maupun bau yang ditimbulkan. Proses pengeluaran produk dari chiller room harus mengikuti azas “first-in-first-out” (FIFO) atau produk yang lebih dulu disimpan harus dikeluarkan lebih dulu pula dan untuk sayuran dianjurkan tidak lebih dari 6 hari.

Mengenal Produksi Sayuran Mesir (part 2)

Dari berbagai mata pelajaran maupun kunjungan lapang yang dilakukan selama berlangsungnya program pelatihan, banyak diperoleh ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman baru oleh masing-masing peserta pelatihan. Adanya perbedaan kondisi agroklimatologis di masing-masing negara, menyebabkan berbedanya kebijakan teknis dan aktivitas lapangan dalam pengusahaan komoditas hortikultura. Dalam laporan ini akan disampaikan beberapa ide, wawasan dan pengetahuan penting yang sekiranya bisa dijadikan sebagai pembanding dan bahan masukan dalam pengembangan hortikultura di Indonesia, khususnya Propinsi Jawa Timur.

i. Reklamasi Gurun Pasir
Sebagian besar daratan negara Mesir merupakan hamparan padang pasir. Usaha yang sangat intensif telah dilakukan untuk mereklamasi lahan padang/gurun pasir yang banyak tersebar di berbagai bagian dari wilayah yang ada. Reklamasi tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan proyek raksasa, antara lain Salam Canal Project (untuk wilayah utara) dan Tosca Project (untuk wilayah selatan).

Adanya usaha reklamasi dan penerapan sistem irigasi modern telah menghasilkan munculnya banyak ”oasis” baru atau lahan hijau di tengah hamparan padang pasir yang ditanami dengan aneka tanaman sayuran maupun buah-buahan. Beberapa jenis sayuran yang banyak ditanam di wilayah ini antara lain : Tomat, Bawang, Kentang dan Cantaulope. Sedangkan untuk Buah-buahan antara lain : Strawberi, Jeruk, Anggur, Mangga, Squash dan Aprikot. Selain tanaman hortikultura, juga banyak ditanam beberapa jenis tanaman pangan (Gandum) maupun tanaman untuk pakan ternak (Alfalfa).
Langkah pertama yang dilakukan untuk reklamasi tersebut adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, antara lain berupa desalinasi (mengurangi kadar garam) dengan penambahan Calsium Carbonat. Selanjutnya dilakukan perataan lahan (levelling) dari semula berbukit-bukit dibuat menjadi lebih rata (flat). Sebelum siap ditanami, diatas lahan berpasir tersebut ditambahkan jenis tanah lainnya yang lebih mampu dalam menyimpan air (clay soil) setebal ± 15 cm.

Sistem pengairan yang diterapkan di beberapa wilayah baru yang telah direklamasi (new reclaimed area) sebagian besar menggunakan sistem irigasi bertekanan utamanya irigasi tetes (drip irrigation). Pemberian pupuk yang dilarutkan juga dilakukan secara bersamaan dengan air irigasi, dikenal sebagai fertigasi. Sedangkan sumber air irigasi berasal dari air tanah maupun air permukaan dari Sungai Nil.

Selain dilakukan melalui proyek pemerintah, usaha reklamasi dan pengusahaan lahan gurun pasir juga dilakukan secara swakarsa oleh beberapa petani/pelaku usaha yang bermodal kuat. Hal ini banyak dijumpai di wilayah Raffah Propinsi Sinai Utara. Usaha pengusahaan lahan baru diawali dengan cara membeli lahan tersebut dari penduduk asli setempat (suku Bedouin) dengan harga yang sangat murah. Selanjutnya dilakukan perataan lahan, penambahan lapisan tanah subur dan pemasangan peralatan irigasi.
Usaha “penghijauan” lahan berpasir tersebut sangat mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Hal ini ditandai dengan mudahnya proses sertifikasi lahan dan tidak adanya batasan luas lahan yang diusahakan oleh masing-masing petani/pelaku usaha. Sehingga seorang petani bisa memiliki lahan seluas 25 feddan (10 ha) dalam satu hamparan.

ii. Mubarak National Project
Proyek nasional yang berada didalam pengelolaan Kementrian Pertanian Mesir ini telah dimulai sejak tahun 1987. Proyek ini merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah Mesir untuk mendistribusikan lahan baru yang telah direklamasi (new reclaimed area) untuk diusahakan di bidang pertanian.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun wilayah dan komunitas baru dengan pengetahuan yang memadai dalam mengusahakan komoditas pertanian. Adapun wilayah yang dikembangkan meliputi hampir seluruh wilayah di sepanjang pinggiran Sungai Nil, yang memanjang dari utara (Alexnadria) hingga ke selatan mendekati perbatasan dengan negara Sudan.
Target utama dari kegiatan proyek ini adalah para lulusan/sarjana baru, khususnya sarjana pertanian, yang berumur tidak lebih dari 30 tahun. Selain sarjana pertanian yang baru lulus, peserta proyek juga berasal dari berbagai latar belakang pendidikan namun memiliki minat yang besar di bidang pertanian.
Kepada setiap peserta proyek diberikan beberapa fasilitas, sebagai berikut :
- Lahan yang telah direklamasi seluas 5 feddan (2 ha)
- Bangunan rumah untuk tempat tinggal
- Uang saku (allowance) sebesar 50 EP setiap bulan, selama satu tahun pertama
- Suplai makanan (untuk 5 orang) setiap bulan, selama tiga tahun
- Penyediaan fasilitas umum (kesehatan, pendidikan, pasar, dll)
Khusus untuk lahan dan rumah, peserta proyek harus mengembalikan biaya investasi tersebut setelah 13 tahun tanpa adanya tambahan bunga. Hingga saat ini, proyek tersebut telah berhasil mendistribusikan lahan kepada peserta proyek sejumlah ± 77.000 orang, dengan rata-rata sejumlah 10.000 orang setiap tahunnya. Sedangkan desa/komunitas baru yang berhasil dibangun sejumlah 164 desa, masing-masing sebanyak 800 rumah untuk setiap desa.
Proyek nasional ini diyakini sangat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan para sarjana baru. Melalui proyek ini juga telah berhasil ditumbuhkan wilayah baru untuk sentra pertanaman sayuran/buah-buahan, seperti : Tomat, Timun, Kentang, Jeruk, Anggur dan Peach. Khusus untuk produksi Kentang, bahkan sudah lama diekspor ke wilayah Eropa.

iii. Sekolah Lapang

Sekolah Lapang (Field School) merupakan salah satu kegiatan penting dalam program penyuluhan pertanian di Mesir. Keberadaan Sekolah Lapang juga disebutkan sebagai satu-satunya pendekatan terbaik untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan petani dalam program pengendalian hama terpadu (PHT).
Kegiatan Sekolah Lapang di Mesir berawal pada tahun 1999, melalui inisiasi proyek yang didanai oleh pemerintah Belanda. Pada beberapa wilayah (khususnya Fayyum Governorate) masih tersisa bangunan semi permanen yang terdapat di tengah lahan, sebagai tempat berlangsungnya pertemuan anggota Sekolah Lapang bagi wanita (dengan jumlah anggota sebanyak ± 25 orang). Pertemuan tersebut dilakukan setiap minggu sekali, selama 2 (dua) jam, dan dibimbing oleh 2 (dua) orang fasilitator atau penyuluh pertanian.

Dalam perkembangannya Sekolah Lapang ini juga ditujukan untuk usaha pemberdayaan wanita di pedesaan. Hal ini menyebabkan bervariasinya materi pertemuan yang tidak hanya terbatas pada masalah teknis budidaya pertanian, melainkan juga berbagai topic yang berkaitan dengan masalah sosial budaya, seperti : kesehatan, lingkungan, pendidikan dan pengelolaan keluarga.

Suasana Sekolah Lapang untuk wanita (kiri) dan hasil kerajinan tangan (kanan)
Peningkatan ketrampilan dan pendapatan wanita pedesaan dilakukan dengan menghasilkan berbagai barang kerajinan tangan yang layak jual. Kegiatan ini diprioritaskan pada pemanfaatan material sisa yang tersedia di sekitar tempat tinggal mereka, sebagai bagian dari pengelolaan kebersihan lingkungan.

iv. Organic / Biodynamic Production
Sebagaimana terjadi di negara-negara lain, gerakan untuk penerapan pertanian organik juga berlangsung di Mesir. Penerapan pertanian organik dalam skala besar telah dilakukan sejak tahun 1977 oleh perusahaan swasta bernama SEKEM Organic Company. Perusahaan ini juga merupakan pelopor gerakan Pertanian Biodinamik yang menjamin keseimbangan aktivitas pertanian dengan keseluruhan sistem alam. Hal ini ditandai dengan adanya Kalender Biodinamik yakni mengisyaratkan saat tanam yang harus disesuaikan dengan perputaran matahari maupun bulan untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan.
Salah satu faktor utama yang selalu ditekankan dalam penerapan pertanian organik ini adalah tercukupinya kebutuhan nutrisi tanaman maupun pengendalian biologis dengan memanfaatkan organisme hidup. Kebutuhan nutrisi tanaman dipenuhi dengan penambahan unsur hara yang diperoleh dari bahan organik, seperti kompos yang telah benar-benar matang. Untuk pembuatan kompos, pihak perusahaan mengalokasikan lahan seluas 20 hektar dari total areal yang dimilikinya yakni seluas 80 hektar.
Untuk bahan baku kompos, digunakan berbagai sisa tanaman (jerami gandum atau padi) ditambah potongan kayu lunak. Potongan sisa tanaman tersebut selanjutnya dicampur dengan kotoran sapi dan kotoran ayam dengan perbandingan (6:3:1). Untuk mencukupi kebutuhan kotoran sapi untuk bahan kompos, pihak perusahaan juga mengusahakan ternak sapi.

Proses pembuatan kompos dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan mesin untuk penyemprotan air dan pembalikan tumpukan kompos. Proses pengomposan ini berlangsung selama 2 – 3 bulan, dengan pembalikan tumpukan kompos sebanyak 2 kali setiap minggu. Kompos yang telah jadi, kemudian dikemas dalam kantung plastik dan selanjutnya diaplikasikan di areal pertanaman milik perusahaan maupun dijual secara komersial untuk konsumen lokal maupun untuk ekspor.

Terdapat beberapa jenis tanaman sayuran dan buah-buahan segar yang diusahakan oleh SEKEM, antara lain : Tomat, Páprika, Selada, Anggur, Jeruk, Peach dan Apel. Selain itu, dalam skala luas juga ditanam berbagai jenis tanaman obat/aromatik di hamparan terbuka, seperti : Chamomile, Sage, Oreganum, Fennel, Mint, Basil, Coriander dan lain-lain.

Oleh perusahaan juga dihasilkan beberapa jenis produk olahan ½ jadi maupun siap saji, berupa : herbal tea, kopi, minyak zaitun dan manisan kurma. Produk olahan tersebut dipasarkan diberbagai supermarket dengan merk dagang ISIS, yang merupakan nama Dewa Kehidupan (God of Life) di jaman Mesir kuno.

Pengusahaan tanaman berkhasiat obat/aromatik, mulai banyak dilakukan oleh petani dalam skala kecil, untuk selanjutnya dikumpulkan, dikeringkan dan dipasarkan oleh asosiasi petani setempat. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik yang berlogo organik yang disahkan oleh lembaga sertifikasi setempat (Egyptian Organic Agriculture – EOA). Pemasaran produk tersebut utamanya ditujukan untuk pasar Eropa (Belanda).

v. Protected Cultivation
Sejak pertengahan era 1960-an oleh Kementrian Pertanian Mesir mulai dikenalkan sistim pertanaman yang disebut sebagai Protected Cultivation. Sistem pertanaman ini dimaksudkan untuk mengatasi adanya kondisi agroklimat yang tidak menguntungkan, dengan cara memodifikasi satu atau lebih aspek mikroklimat di areal pertanaman.
Berdasarkan jenis pelindung atau modifikasi kondisi mikroklimat yang digunakan, protected cultivation dibedakan menjadi 2 (dua) macam yakni : dengan plastic house (rumah plastik) dan polyethylene low tunnel. Selain kedua jenis modifikasi tersebut, juga digunakan 2 (dua) media protektif sederhana, yakni : penutup tanah (mulsa) dan pemecah angin (windbreaker).

Low Tunnel banyak digunakan di areal pertanaman terbuka khususnya selama musim dingin. Low tunnel pada dasarnya merupakan modifikasi sederhana dari rumah plastik, dengan menggunakan kerodong polyethylene setengah lingkaran pada ketinggian sekitar 1 meter diatas lahan. Kerodong plastik tersebut dapat dibuka-tutup untuk menyesuaikan kondisi cuaca utamanya temperatur dan kelembaban udara. Pengunaan rumah plastik maupun low tunnel khususnya ditujukan untuk menghasilkan produk off season (diluar musim).

vi. Stem Cutting Technology
Teknis perbanyakan tanaman dengan cara stek batang, pada dasarnya telah lama dikenal pada beberapa tanaman buah-buahan berkayu. Cara ini juga dijumpai Di Mesir, khususnya dilakukan oleh Desert Research Station yang berada di wilayah North Sinai Governorate. Perbanyakan tanaman dengan stek batang (Zaitun, Cemara, Jojoba dan aneka tanaman hias berkayu) dilakukan secara besar-besaran di dalam greenhouse institusi penelitian tersebut. Upaya ini dilakukan, utamanya untuk membantu petani yang tidak memiliki fasilitas memadai dalam melakukan perbanyakan tanaman
Potongan/stek batang ditanam langsung didalam bak, dengan media pasir yang sebelumnya telah disemprot dengan fungisida. Penyemprotan air dilakukan pada masing-masing bak, segera setelah penanaman selesai. Selanjutnya bak berisi tanaman tersebut ditutup dengan plastik transparan dan dibiarkan selama 2 (dua) bulan tanpa perlakuan apapun, termasuk tidak dilakukannya penyiraman air.

Satu-satunya perlakukan yang dilakukan adalah membuka plastik penutup, untuk mengurangi kelembaban sekaligus untuk mengalirkan embun yang menempel di plastik ke media pertanaman sebagai pengganti penyiraman air. Setelah 2 (dua) bulan, stek batang tersebut siap dipindah-tanamkan di areal pertanaman milik petani, ditandai dengan tumbuhnya akar dan daun-daun baru.

Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya penanaman stek batang secara massal di dalam bak, utamanya dalam hal efisiensi penggunaan air. Selain itu, juga mengurangi beaya produksi untuk penyediaan polibag atau wadah seedling maupun pemeliharaan selama di bak perbanyakan.

Mengenal Produksi Sayuran Mesir (Part 1)

MENGENAL PRODUKSI SAYURAN DI MESIR


*) Hasil mengikuti Technical Training Program (bidang Vegetable Production) yang diselenggarakan oleh Egyptian International Centre of Agriculture (EICA), salah satu lembaga dibawah Mentrian Pertanian dan Reklamasi Lahan Republik Arab Mesir. Pelatihan berlangsung di Kairo-Mesir, dari tanggal 15 Pebruari sampai dengan 30 April 2008, dengan peserta sebanyak 18 orang dari negara yang berbeda dan berasal dari wilayah Afrika, Asia, Amerika Latin dan Timur Tengah.

I. PENDAHULUAN
Mesir berada di zona sub tropical, terletak di bagian utara-timur benua Afrika, berbatasan langsung dengan Laut Mediterania disebelah utara dan Laut Merah di sebelah timur. Letak geografis tersebut menyebabkan Mesir memiliki kondisi cuaca yang memungkinkan untuk tumbuhnya beraneka ragam jenis sayuran.

Jumlah penduduk Mesir adalah sekitar75 juta orang. Usaha yang sangat intensif telah dilakukan untuk mereklamasi lahan padang pasir/gurun yang banyak tersebar di berbagai bagian dari wilayah negara tersebut. Adanya usaha reklamasi dan penerapan sistem irigasi modern telah menghasilkan munculnya banyak ”oasis” baru alias lahan hijau di tengah hamparan padang pasir yang ditanamai dengan aneka tanaman sayuran maupun buah-buahan.
Saat ini, Mesir tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan sayuran untuk rakyatnya sendiri, namun juga berhasil mengekspor produk sayurannya ke negara lainnya. Negara tujuan ekspor produk sayuran tersebut utamanya adalah untuk negara-negara Eropa dan beberapa negara di wilayah teluk Arab. Jenis sayuran yang diekspor antara lain : Kentang, Paprika, Tomat, Kapri, Bawang putih dan Arthicoke.

II. PROGRAM PENGEMBANGAN SAYURAN
Pengembangan sayuran di Mesir sangat penting artinya dalam mencukupi kebutuhan nutrisi penduduknya maupun untuk memenuhi permintaan industri olahan, industri perbenihan maupun pasar ekspor.
Program pengembangan sayuran di Mesir dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
- Menghasilkan sayuran yang berkualitas dan berproduksi tinggi.
- Menghasilkan sayuran secara off season
- Mendorong penelitian untuk menghasilkan benih lokal yang berkualitas
- Menghasilkan kultivar yang resisten terhadap hama penyakit
- Mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas, sehingga akan meningkatkan keuntungan bersih bagi petani
- Penerapan pengendalian hama terpadu untuk menghasilkan produk yang sehat, bebas kontaminasi dan bahan kimia berbahaya
- Mendorong produksi organik untuk pasar lokal maupun ekspor
- Pengembangan sistem penyuluhan secara intensif melalui kerjasama dengan institusi penelitian, utamanya dalam penyelenggaraan pelatihan, workshop maupun sekolah lapang untuk petani
- Mengembangkan produksi sayuran di wilayah gurun melalui sistem irigasi modern (tetes, sprinkler, pivot) untuk mengubah tanah berpasir yang miskin unsur hara menjadi lahan yang produktif.

III. SAYURAN PRIORITAS
Mesir memiliki 4 (empat) jenis musim yang berbeda yakni : musim semi, panas, gugur dan dingin. Kondisi cuaca cenderung sejuk dengan matahari bersinar terang sepanjang tahun. Pada masing-masing musim ditanam berbagai jenis sayuran yang berbeda sesuai dengan kondisi agroklimat yang diinginkan. Sayuran dari kelompok cucurbitaceae selalu ditanam pada musim panas, sedangkan kelompok sayuran daun banyak ditanam pada musim dingin.

Jenis sayuran yang diusahakan di Mesir berjumlah sekitar 55 macam, 35 macam diantaranya merupakan sayuran yang dikonsumsi sehari-hari oleh penduduk setempat. Salah satu jenis sayuran yang banyak diusahakan dan dikonsumsi oleh penduduk setempat adalah Tomat.
Berdasarkan data statistik tahun 2006, diperoleh angka konsumsi sayur/ buah-buahan sebesar 182,1 kg per kapita per tahun. Dari angka tersebut, Tomat menyumbang angka tertinggi yakni sebesar 74,5 kg atau sebesar 40% dari total angka konsumsi. Bangsa Mesir dikenal sebagai ”Pecinta Tomat”. Penanaman Tomat yang dapat dilakukan sepanjang tahun, utamanya di dalam rumah plastik, merupakan salah satu upaya yang terus didorong untuk mendukung kebutuhan pasar domestik tersebut.
Total luas lahan pertanian yang telah diusahakan di Mesir adalah seluas 5,3 juta hektar, khusus untuk sayuran memiliki luas pertanaman seluas 700 ribu hektar atau sebesar 13% dari total luas lahan yang ada. Tanaman sayuran tersebut diusahakan secara tradisional di lahan terbuka (open field) maupun dengan sistem protected cultivation untuk melindungi tanaman dari gangguan cuaca. Berdasarkan jenis pelindung yang digunakan protected cultivation dibedakan menjadi 2 (dua) macam yakni : dengan plastic house (rumah plastik) dan polyethylene low tunnel.
Sebagian besar rumah plastik ditanami dengan sayuran (Timun, Paprika, Cabe, Straberi dan Kapri) utamanya pada musim dingin dan musim semi.
Sedangkan low tunnel digunakan untuk menghasilkan produk off season. Low tunnel ini merupakan modifikasi sederhana dari rumah plastik, dengan menggunakan kerodong polyethylene setengah lingkaran pada ketinggian sekitar 1 meter diatas lahan.

IV. INDUSTRI OLAHAN SAYURAN
Beberapa pabrik telah didirikan di Mesir untuk menghasilkan beberapa produk sayuran beku (frozen vegetable) maupun produk olahan berbahan baku sayuran. Produk sayuran beku dihasilkan untuk beberapa jenis sayuran antara lain : Kapri, Okra, Buncis, Kentang dan Kubis bunga.
Industri olahan juga mulai dikembangkan, antara lain :
- Pengolahan tomat segar menjadi pasta tomat
- Dehidrasi Bawang putih untuk menghasilkan bubuk bawang putih
- Pengolahan kentang menjadi kentang goreng maupun keripik kentang
- Pengalengan beberapa sayuran seperti : buncis, kacang hijau
- Pembuatan manisan/asinan timun dan cabe

V. PRODUKSI BENIH SAYURAN
Produksi benih sayuran merupakan salah satu bisnis penting di Mesir. Benih sayuran banyak diproduksi dalam jumlah yang besar oleh perusahaan benih lokal. Kebanyakan benih lokal lokal tersebut merupakan hasil penyilangan terbuka (open pollinated) pada beberapa jenis tanaman seperti : Buncis, Kubis, Kapri, Terong, Cabe, Bawang putih maupun Kentang. Sebaliknya dalam jumlah yang besar juga diimpor beberapa jenis benih hibrida untuk tanaman : Tomat, Timun, Paprika, Terong, Melon dan Cantaloupe. Benih Kentang juga diimpor, khusunya untuk penanaman di musim panas. Benih hibrida dengan harga yang relatif mahal tersebut kebanyakan diimpor dari Belanda, Perancis, Amerika Serikat dan Jepang.
Pada beberapa tahun terakhir ini, benih hibrida dari beberapa jenis sayuran juga mulai dikembangkan oleh para peneliti/breeder di Pusat Penelitian Pertanian setempat. Benih hibrida tersebut antara lain untuk tanaman Tomat, Terong, Paprika, Timun dan Cantaloupe. Dengan adanya benih hibrida berkualitas yang diproduksi secara lokal tersebut diharapkan dapat mengurangi beaya produksi yang harus dikeluarkan petani untuk membeli benih.

Mengenal Hortikultura Singapura

MENGENAL PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
DAN PELUANG PASAR DI SINGAPURA *)

*) Hasil kunjungan “STUDY VISIT - VEGETABLE INDUSTRY AND MARKET REQUIREMENT” di Singapura, tanggal 7 – 10 Oktober 2008

I. PENDAHULUAN

Pada tanggal 7-10 Oktober 2008, rombongan dari Jawa Timur sebanyak 4 (empat) orang berkesempatan berkunjung (Study visit) ke Singapura. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat secara langsung keberadaan industri sayuran di Singapura sekaligus dapat menggali informasi tentang kebutuhan dan persyaratan produk yang diinginkan oleh eksportir/pasar setempat.

Kunjungan ini terselenggara atas undangan Badan Otoritas Pertanian dan Kehewanan Singapura yang bernama Agrifood and Veterinary Authority of Singapore (AVA). AVA merupakan Badan Otoritas Pemerintah yang menangani produk pertanian dan peternakan Singapura dan berada didalam lingkup Kementrian Pembangunan Nasional (Ministry of National Development - MND). Badan/lembaga ini secara resmi baru berdiri pada tanggal 1 April 2000 sebagai restrukturisasi dari institusi induk sebelumnya yakni The Primary Production Department (PPD) yang telah ada sejak tahun 1959.
Pembentukan AVA didasari pertimbangan oleh semakin berkurangnya aktivitas pertanian domestik dan digantikan dengan semakin maraknya aktivitas impor produk pertanian dari luar Singapura, sehingga perlu adanya badan/lembaga yang bertanggung jawab dalam menjamin keamanan pangan dan fasilitasi perdagangan produk pertanian untuk kebaikan kehidupan bangsa. AVA dilengkapi dengan kekuasaan otonom yang lebih besar dan fleksibilitas tingggi dalam menghadapi tantangan industri makanan dan pertanian di era milenium.
Adapun misi dari AVA adalah untuk memastikan terpenuhinya sumber pangan pertanian yang aman, menjaga kesehatan hewan dan tanaman serta memfasilitasi perdagangan pertanian untuk Singapura.


II. SEKILAS TENTANG PERTANIAN DI SINGAPURA
Negara Singapura dengan luas wilayah sekitar 600 km2, memiliki jumlah penduduk sebesar 4,5 juta jiwa. Sebagian besar wilayah tersebut dipergunakan untuk bangunan pemukiman dan industri. Sebagai negara yang memiliki keterbatasan lahan, aktivitas di bidang pertanian on farm relatif sangat terbatas di Singapura. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian negara relatif sangat kecil, yakni hanya sekitar 0,1 % dari keseluruhan PDB Singapura.

Lebih dari 90% dari produk pertanian yang dibutuhkan berasal dari negara lain (Malaysia, Thailand, China, Vietnam, Indonesia,dll), sisanya berasal dari produk pertanian domestik. Beberapa jenis sayuran/buah-buahan yang ditanam oleh petani setempat hanya cukup dijual untuk pasar domestik.
Ketersediaan produk pertanian yang aman dan cukup, khususnya sayur dan buah-buahan, menjadi program yang sangat penting di Singapura. Hal ini mengingat tingginya angka konsumsi masyarakat setempat terhadap kelompok komoditas tersebut, yakni 72,3 kg/kapita/tahun untuk sayuran dan 85,7 kg/kapita/tahun untuk buah-buahan.
Selain melalui aktivitas impor, pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat juga dilakukan melalui pengembangan kawasan/areal pertanian baru yang disebut dengan Agrotechnology Park. Kawasan ini pada dasarnya merupakan hasil akhir dari pengembangan wilayah potensial dengan berbagai aktivitas pertanian yang terpadu dan dilengkapi dengan sarana infrastruktur (jalan, air, listrik) yang memadai. Secara hukum lahan di kawasan ini adalah milik pemerintah, sehingga bagi petani/pelaku usaha yang ingin mengusahakannya harus menyewa selama 10-30 tahun dengan luasan lahan masing-masing berkisar 2-30 hektar.
Hingga saat ini terdapat 6 (enam) kawasan Agrotechnology Park di seluruh Singapura, masing-masing berlokasi di Lim Chu Kang, Murai, Sungei Tengah, Nee Soon, Mandai and Loyang. Total luas ke-enam kawasan pertanian tersebut mencapai 709 ha, yang terdiri dari 224 lahan (farm) yang diusahakan untuk pertanaman hortikultura (sayur-buah-tanaman hias), peternakan maupun perikanan.

Dari total areal pertanaman seluas 96 ha tersebut diusahakan beberapa jenis tanaman, yakni adalah sayuran daun yang ditanam di lahan (70%), sayuran hidroponik (17%), buah (4%), jamur (7%) dan aneka kecambah (3%). Teknik budidaya sayuran daun sebagian besar dilakukan didalam screenhouse, yang dikenal sebagai protected cultivation, dengan sistem irigasi bertekanan dan penggunaan alsintan dalam penyiapan lahan. Pada sebagian kecil areal pertanaman juga digunakan teknik budidaya hidroponik maupun aeroponik.
Pada kebanyakan lahan pertanaman sayuran daun di dalam screenhouse dilengkapi dengan sistem irigasi bertekanan dengan menggunakan pipa yang dipasang di bawah atap bangunan. Sistem ini dikenal sebagai overhead water sprinkle, artinya air irigasi secara otomatis disiramkan/disemprotkan ke lahan pertanaman dari arah atas, bukan dari bawah seperti sistem irigasi sprinkler pada umumnya.

Di beberapa di lokasi pertanaman milik swasta ini juga telah tersedia fasilitas gudang/packing house berpendingin sebagai bagian terpenting dalam penerapan sistem cold chain management. Didalam gudang ini dilakukan aktivitas pembersihan, sortasi dan pengepakan sayuran. Di gudang ini juga dilakukan salah satu tahap penting dalam cold chain management yang disebut pre-cooling yakni penempatan segera sayuran yang baru saja dipanen pada ruang pendingin (cold storage) bersuhu antara 6 - 9º C sebelum dilakukan pengepakan. Tahap pre-cooling ini diyakini dapat memperpanjang usia segar (shelf life) sayuran dari rata-rata 9 hari menjadi 16 hari.
Pelaku usaha ini juga telah memiliki sarana transportasi dengan container berpendingin, yang digunakan untuk mengirim sayuran dari lahan pertanaman ke supermarket atau pasar. Suhu didalam container tersebut dirancang tidak jauh berbeda dengan suhu di ruang penyimpanan.

Sebagaimana di negara lainnya, untuk menghasilkan produk sayuran yang aman dan berkualitas, petani Singapura juga telah menerapkan teknik budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices-GAP). Pedoman GAP di Singapura, dikenal sebagai GAP – Vegetable Farming Scheme (GAP-VF Scheme), beserta berbagai dokumen prosedur sertifikasinya telah dilaunching oleh AVA pada tanggal 6 Pebruari 2004. Hingga saat ini terdapat 7 (tujuh) pelaku usaha (farm) yang telah memperoleh sertifikat tersebut.

Setidaknya terdapat 5 (lima) aspek utama yang dipersyaratkan dalam penerapan GAP-VF Scheme tersebut, yakni :
i. Terjaganya kebersihan lingkungan pertanaman
ii. Penyimpanan bahan kimia pertanian secara tepat
iii. Penggunaan pupuk organik atau kompos
iv. Penggunaan pestisida yang bersertifikat
v. Tenaga kerja lapangan yang terlatih


III. PASIR PANJANG WHOLESALE CENTRE
Pasir Panjang Wholesale Centre dengan total area seluas ± 12 ha ini merupakan pasar induk dan tempat distribusi utama bagi semua produk sayuran/buah-buahan segar yang berasal atau diimpor dari negara lain. Aktivitas pasar induk ini dimulai sejak pagi hingga sore hari, tergantung pada jadwal kedatangan produk segar dari masing-masing negara eksportir.
Dipasar induk ini dilakukan proses tawar menawar harga antara importir dan pembeli dengan sistem lelang sederhana yang dilakukan secara langsung (manual auction). Pembeli sayuran/ buah-buahan dari pasar induk ini sebagian besar berupa pedagang dari pasar tradisional (wet market), warung kecil (small stallholder) maupun pengusaha jasa katering.
Aktivitas utama pasar induk berada di Auction Hall, sebagai tempat bertemunya importir dan pembeli, yang menampung berbagai macam produk hortikultura segar (sayuran, buah-buahan dan biofarmaka). Selain Auction Hall, pasar induk ini dilengkapi dengan gudang berpendingin yang disewakan bagi pelaku usaha untuk menyimpan produknya. Di lokasi pasar induk ini juga terdapat gedung perkantoran bagi para perusahaan importir maupun beberapa fasilitas umum lainnya, seperti : food court, ruang pertemuan dan lapak untuk pedagang kaki lima .

Sebagaimana pasar induk pada umumnya, pada produk sayuran yang baru datang masih juga dilakukan pembersihan/pembuangan bagian-bagian yang layu, rusak atau busuk. Bagian yang terbuang atau menjadi sampah hijau di pasar induk tersebut relatif masih tinggi yakni sekitar 20-30%. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah setempat mengisyaratkan perlu diterapkannya sistem rantai pendingin bagi setiap pemasok untuk memperpanjang usia segar sayuran yang dikirim.
Bagi setiap produk sayuran yang baru datang di pasar induk ini akan dilakukan pengambilan sampel oleh petugas AVA, yang selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan berbagai pengujian, utamanya terhadap kandungan residu pestisida yang masih tersisa di dalam produk. Hanya produk yang memenuhi persyaratan minimum residu pestisida yang dikeluarkan oleh AVA yang bisa dipasarkan di Singapura.

Pada bagian Auction Hall sayuran terdapat beberapa jenis sayuran maupun aneka bahan bumbu (empon-empon) yang sedang dibongkar dan menunggu dilelang. Produk segar tersebut dikirim dari negara pengekspornya dengan menggunakan berbagai macam bahan kemasan, seperti keranjang bambu, kotak polystirene, kotak karton maupun krat plastik. Pada masing-asing kemasan diberi keterangan nama dan alamat eksportir maupun spesifikasi produknya.

Kemasan kotak karton dengan keterangan tentang eksportir dan spesifikasi produk
Aneka Sayuran daun (sawi, selada, bayam, kangkung, dll) kebanyakan berasal dari Malaysia. Untuk kelompok sayuran buah dan umbi (paprika, tomat, cabe, Bawang) banyak berasal dari China, Thailand dan Philipina dan Australia. Sedangkan aneka bahan bumbu (empon-empon) kebanyakan berasal dari Thailand dan Vietnam. Beberapa sayuran umbi juga diimpor dari Australia, seperti Kentang dan Wortel.
Menurut keterangan asossiasi importir setempat, meskipun dalam jumlah yang sedikit terdapat juga beberapa jenis sayuran dari Indonesia yang diperdagangkan melalui pasar induk ini. Beberapa jenis sayuran daun berasal dari Pekanbaru-Riau maupun Pulau Bintan-Kepulauan Riau. Sedangkan dari Bandung Jawa Barat banyak didatangkan Buncis dan Selada air (watercress). Sejauh ini belum ada eksportir dari Jawa Timur yang memasukkan produknya melalui Pasar Induk Pasir Panjang ini.

IV. NTUC FAIRPRICE SUPERMARKET
NTUC FairPrice merupakan jaringan supermarket terbesar di Singapura yang telah berdiri sejak tahun 1973. Dengan jumlah total karyawan lebih dari 6000 orang, jaringan usaha ini memiliki 226 outlet/toko yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan, daerah pemukiman maupun di tempat pengisian bahan bakar. Dari total outlet tersebut dibedakan menjadi 5 (lima) kelompok berdasarkan besar kecilnya areal maupun item produk yang dijual, yakni : FairPrice Supermarket, FairPrice Finest, FairPrice Xtra, FairPrice Xpress dan Cheers Convenience.
Untuk menjaga kesegaran produk pangan (sayur, buah-buahan, daging, susu dan ikan), perusahaan raksasa ini telah menerapkan manajemen rantai pendingin (cold chain management) dengan mendirikan Pusat Distribusi Produk Pangan Segar (Fresh Food Distribution Centre – FFDC) seluas 1,3 hektar yang selesai dibangun pada september 2002. Pusat distribusi ini menampung semua produk segar yang dipasok oleh suplier terpercaya dari berbagai belahan dunia. Semua produk yang dikirim ke FFDC ini harus telah disetujui oleh AVA sebagai lembaga kompeten yang berwewenang melakukan pemeriksaan keamanan produk pangan impor.

NTUC FairPrice juga merupakan jaringan supermarket pertama di Singapura yang telah mendapatkan Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada tahun 2001. Keberadaan FFDC diyakini merupakan salah satu fasilitas wajib yang harus dimilliki oleh perusahaan, untuk dapat terus menerapkan standart mutu, keamanan dan penanganan produk yang sesuai dengan persyaratan sertifikat berstandart internasional tersebut. Sertifikat HACCP ini diperbarui setiap 3 (tiga) tahun, melalui serangkaian proses audit rutin yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh auditor internal maupun ekternal.

FFDC NTUC FairPrice ini dilengkapi dengan ruang berpendingin (cold room) pada kisaran suhu yang bervariasi (antara 18-20º C) sesuai kebutuhan masing-masing produk. Semua fasilitas yang terdapat didalam FFDC dioperasikan selama 24 jam penuh dengan sistem monitoring canggih yang disebut Televis SMS. Sistem monitoring tersebut mampu menangkap bila terjadi kondisi suhu kritis pada masing-masing ruang berpendingin, dan mengirimkan sinyal bahaya kepada petugas agar segera melakukan tindakan korektif untuk menghindari terjadinya kerusakan pada produk pangan yang disimpan.
Sebagaimana di Pasir Panjang Wholesale Center, beberapa jenis sayuran yang ditampung di FFDC ini juga sebagian besar berasal dari Cameron Highland Pahang-Malaysia, China, Thailand dan sedikit dari Indonesia.

Kemasan sayuran dari Indonesia (kiri) dan Cabe besar dari Malaysia (kanan)
Untuk komoditas buah-buahan kebanyakan berasal dari Thailand, China, Australia, Amerika Serikat. Bahkan ada beberapa jenis buah-buahan yang diimpor dari negara yang relatif jauh jaraknya dari Singapura, seperti mangga dari Israel dan jeruk sunkist dari Afrika Selatan.

Kemasan mangga dari Israel (kiri) dan jeruk sunkist dari Afrika Selatan (kanan)
Dari FFDC, produk sayuran yang telah dikemas dengan kantong plastik berlabel, selanjutnya didistribusikan ke berbagai outlet yang ada dengan tetap menerapkan manajemen rantai pendingin : pada saat pengangkutan, selama berada di tempat penyimpanan maupun setelah ditempatkan di rak-rak display. Pemantauan kesegaran produk melalui pengecekan suhu ruangan dilakukan dengan teratur secara manual maupun menggunakan peralatan elektronik.


Beberapa produk sayuran segar yang didisplay di outlet/supermarket sebagian besar telah dikemas rapi dalam satuan berat tertentu (untuk sayuran daun rata-rata seberat ± 220 gram) beserta label harganya masing-masing.
Diantara berbagai jenis sayuran yang didisplay di NTUC FairPrice Xtra tersebut, terdapat 2 (dua) macan sayuran yang berasal dari Indobesia yakni caisim dari Pekanbaru – Riau dan buncis dari Bandung – Jawa Barat. Caisim dari Riau ditempatkan pada rak tersendiri dengan penawaran harga spesial. Menurut keterangan pihak manajemen supermarket, hal tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk promosi yang dilakukan untuk memasyarakatkan produk sayuran dari Indonesia.

SPROUT CULTIVATION

Tahukah kita bahwa salah satu rahasia kesehatan bangsa Mesir Kuno, pada era Firaun ribuan tahun yang lalu, adalah karena mereka banyak mengkonsumsi kecambah/taoge dari kelompok sayuran kacang-kacangan ???

Sprout Cultivation atau Budidaya kecambah/taoge merupakan salah satu cara paling mudah dan murah untuk menghasilkan produk sayuran segar yang kaya akan nilai nutrisi dan berkhasiat obat. Nilai nutrisi yang terdapat dalam kecambah ditandai dengan tingginya kandungan : vitamin (A, B, C, E, D), protein/asam amino, kadar air, mineral (Ca, K, P, Mg, Fe, Mn, Zn), serat dan chlorofil. Sedangkan khasiat obat yang terdapat pada kecambah antara lain disebabkan oleh : rendahnya kandungan kalori dan kolesterol, adanya kandungan zat anti oksidan/kanker dan tingginya kandungan enzim yang sangat diperlukan dalam proses pencernakan makanan.
Pemanfaatan kecambah sayuran untuk kesehatan telah dilakukan oleh bangsa Mesir kuno, pada masa pra-sejarah atau ribuan tahun sebelum masehi. Saat ini untuk tujuan yang sama, budidaya kecambah/taoge juga mulai banyak dikembangkan di negara-negara maju (USA, Eropa, Jepang) maupun negara sedang berkembang (utamanya China).
Kecambah sayuran atau dikenal sebagai “Baby vegetable”, merupakan tahap transisi dari benih ke bentuk tanaman. Benih tanaman sayuran tersebut dikonsumsi segera setelah perkecambahan (tidak lebih dari 5 hari) dengan panjang sekitar 1-7 cm. Beberapa jenis tanaman yang digunakan dalam budidaya tunas/kecambah adalah : Alfalfa, Kacang hijau, Kedele, Kapri, Buncis, Lobak, Wortel, Sawi-sawian dan kelompok sayuran daun lainnya.
Sedikitnya terdapat 3 (tiga) macam wadah atau media perkecambahan yang bisa digunakan, yakni : botol gelas transparan, nampan beralaskan tissue basah maupun dalam bak plastik dengan media tanah/pasir.


Proses pembudidayaan atau penumbuhan kecambah/taoge ini, diawali dengan perendaman benih dalam air selama 8 – 12 jam. Kemudian benih dicuci dengan air bersih sebanyak 2 (dua) kali sehari, ditiriskan dan dimasukkan dalam wadah perkecambahan. Wadah tersebut selanjutnya ditempatkan di ruangan gelap untuk mempercepat tumbuhnya tunas/kecambah. Setelah 3-5 hari dengan penambahan air setiap harinya, benih akan mulai berkecambah dan siap dikonsumsi dalam bentuk segar.

Meskipun kecambah/taoge sayuran diyakini sebagai sumber nutrisi terbaik, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroba yang berbahaya pada tunas/kecambah yang dihasilkan. Kontaminasi tersebut dapat berasal dari benih, air untuk pencucian, media perkecambahan maupun adanya kesalahan penanganan (mishandling), utamanya dalam pengaturan temperatur dan pencahayaan di tempat pengecambahan.
Pemasaran produk kecambah/tauge telah banyak dilakukan oleh beberapa supermarket di negara-negara maju. Produk tersebut biasanya didisplay bersamaan dengan produk sayuran segar lainnya yang berlabel organik. Hal ini memberikan gambaran nyata bahwa pengusahaan kecambah sayuran juga memiliki prospek yang sangat baik. Konsumen utama produk ini adalah kelompok masyarakat yang sangat peduli akan produk segar dan mengkonsumsinya untuk tujuan kesehatan mengingat kandungan gizi maupun khasiat obat yang terdapat pada kecambah aneka tanaman tersebut.

Nah, mengingat banyaknya manfaat yang dimiliki oleh tumbuhan kecil bernama Kecambah/Taoge, maka tidak ada salahnya mulai sekarang kita lebih mencintai dan menjadikannya sebagai hidangan sehari-hari yang lezat dan menyehatkan.
Mari hidup sehat dengan biaya murah bersama Kecambah/Taoge……………

ROOF GARDEN

ROOF GARDEN, bertanam di atap ala Mesir

Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dan meningkatnya penggunaan gedung-gedung tinggi sebagai tempat tinggal, membuat pemerintah Mesir meluncurkan program yang dikenal sebagai ” Green Food From Green Roof”. Program ini merupakan salah satu upaya optimalisasi pemanfaatan lahan yang ada, untuk penanaman sayuran/buah-buahan maupun tanaman hias secara hidroponik di balkon dan atap apartemen tempat tinggal warga kota.
Pengembangan Roof Garden yang diutamakan pada wilayah perkotaan padat penduduk, dimaksudkan sebagai upaya penghijauan kota untuk menciptakan lingkungan yang hijau dan sehat disekitar pemukiman warga. Keuntungan langsung yang diperoleh adalah dapat dihasilkannya bahan pangan segar yang untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi sayuran dan buah-buahan sehari hari. Melalui kegiatan ini juga dapat diciptakan aktivitas kerja baru bagi sebagian penduduk usia senja maupun anak sekolah.


Keuntungan lain yang diperoleh dari pengembangan Roof Garden adalah diperbaikinya kualitas udara di sekitarnya, dengan adanya penambahan suplai oksigen hasil fotosintesis tanaman. Roof Garden juga terbukti dapat mengurangi panas pada lantai dibawahnya dan dapat mengurangi beaya alat pendingin (AC) sebesar 25 – 50%.
Terdapat beberapa sistem penanaman dalam pengembangan Roof Garden. Namun demikian, sistem pertanaman tanpa tanah (soiless culture) merupakan cara yang paling tepat. Hal ini disebabkan oleh relatif ringannya material yang digunakan dan tidak adanya drainasi air yang dapat merusak atap/balkon.
Terdapat beberapa media dan wadah pertanaman yang digunakan, tergantung tujuan pengusahaannya. Penanaman yang dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dapat digunakan wadah bekas atau daur ulang dari material yang tidak terpakai.


Sedangkan pada penanaman untuk tujuan komersial, dapat digunakan peralatan khusus untuk budidaya hidroponik, dengan berbagai system, seperti : Hanged bag, NFT, A-Shape maupun Aeroponic.



Terdapat banyak pilihan jenis tanaman yang dapat digunakan dalam mengembangkan Roof Garden. Jenis tanaman tersebut dapat berupa kelompok buah-buahan semusim, sayuran, tanaman hias maupun tanaman berkhasiat obat/aromatik. Oleh beberapa kreator atau pakar pertanaman, juga mulai diciptakan perpaduan (mix-culture) antara pertanaman dan perikanan. Ide ini berawal dari adanya hubungan timbal-balik yang menguntungkan antara tanaman dan ikan/udang dalam mendapatkan sumber nitrogen. Ikan/udang menghasilkan amonia yang dapat ditampung dan bermanfaat bagi tanaman. Untuk menghilangkan bahaya amonia terhadap ikan/udang yang bersangkutan, maka harus dilakukan pergantian air dalam tangki setiap hari.

Penggembangan Roof Garden telah banyak dilakukan di beberapa gedung tinggi (hotel, sekolah, institusi pemerintah), utamanya yang berada di wilayah kota Kairo dan Alexandria. Program ini mendapat sambutan dan pujian dari berbagai pihak, dan disebut sebagai : paradise on the roof atau salad on the sky. Satu hal yang menjadi kendala, adalah untuk menjaga keberlanjutan program tersebut tanpa adanya intervensi dari pemerintah.

YOUR JOB vs YOUR CAREER

Semuanya berawal dari sebuah acara program televisi yang begitu menginspirasi banyak orang, KICK ANDY.......Kesadaran diri tentang apa yang selama ini telah kita lakukan, yang sering kita sebut sebagai PEKERJAAN.......Oleh rasa penasaran yang teramat sangat, akhirnya memaksaku untuk membeli buku berjudul YOUR JOB IS NOT YOUR CAREER, karya seorang Konsultan Karier bernama Rene Hardono......Sejujurnya buku saku (namun dengan harga yang relatif mahal) tersebut tidaklah teramat istimewa, selain isi dan makna yang terkandung didalamnya yang begitu ‘menggoda’. Daya tarik buku didukung dengan tampilan desain cover yang demikian catchy, ilustrasi yang lucu dan serta gaya narasi bahasa gaul yang demikian lugas penuh inspirasi dan motivasi.
Kembali ke diriku sendiri, kehadiran buku ini tak ayal mampu mengingatkan kegelisahan lama yang senantiasa hadir melingkupi perjalanan kekaryaan yang rasanya semakin menjauh dari yang capaian membanggakan.......... Ada kegelisahan tentang keberlanjutan upaya membangun karier yang rasanya sudah kelewat mentok, beradu dengan kemandegan kreativitas. Terlalu lama berada di zona nyaman (comfort zone) sering membuat kita kehilangan akan motivasi maupun orientasi diri. Tugas dan tanggungjawab kekaryaan hanya menjadi sekedar kewajiban yang mesti diselesaikan, tanpa adanya “RUH” tentang upaya pemaknaan dan peningkatan kapasitas diri......... Memang tidak dipungkiri, sering kita melihat karyawan yang setiap harinya terus melakukan pekerjaan yang selalu sama, berdasarkan perintah atasan dan miskin inovasi. Bahkan lebih parah lagi bekerja hanya dianggap kegiatan rutin yang dilakukan sekedar melepaskan kewajiban dan menunggu untuk menerima imbalan (gaji) setiap bulannya.
Menurut sang penulis buku : berbicara tentang karier pada dasarnya berbicara tentang 4 (empat) hal penting, yakni HASRAT (PASSION), TUJUAN HIDUP (PURPOSE OF LIFE), NILAI (VALUE) dan KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) ............Bila aku refleksikan pada diriku sendiri rasanya kehadiran hal penting tersebut masih saja mengalami pasang surut, begitu tidak stabilnya emosi kejiwaan selaku seorang abdi negara. Ada kebimbangan tersendiri apakah pengabdian ini hanya akan menjadi sebuah ladang pekerjaan ataukah juga sekaligus menjadi karier bagiku.........Sambil terus mencoba mendekatkan garis pekerjaan dan karier kita masing-masing, ada baiknya kita simpan dua quotes penting tentang passion :
1. Passion is not what you’re good at, It’s what you enjoy the most......
2. Passion will lead you to success. And what is success? NOT becoming the best, it is about becoming your self-best.....
Finally, You are what you think you are and you will become what you think you will become.......