Minggu, 17 Oktober 2010

Mengenal Produksi Sayuran Mesir (part 2)

Dari berbagai mata pelajaran maupun kunjungan lapang yang dilakukan selama berlangsungnya program pelatihan, banyak diperoleh ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman baru oleh masing-masing peserta pelatihan. Adanya perbedaan kondisi agroklimatologis di masing-masing negara, menyebabkan berbedanya kebijakan teknis dan aktivitas lapangan dalam pengusahaan komoditas hortikultura. Dalam laporan ini akan disampaikan beberapa ide, wawasan dan pengetahuan penting yang sekiranya bisa dijadikan sebagai pembanding dan bahan masukan dalam pengembangan hortikultura di Indonesia, khususnya Propinsi Jawa Timur.

i. Reklamasi Gurun Pasir
Sebagian besar daratan negara Mesir merupakan hamparan padang pasir. Usaha yang sangat intensif telah dilakukan untuk mereklamasi lahan padang/gurun pasir yang banyak tersebar di berbagai bagian dari wilayah yang ada. Reklamasi tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan proyek raksasa, antara lain Salam Canal Project (untuk wilayah utara) dan Tosca Project (untuk wilayah selatan).

Adanya usaha reklamasi dan penerapan sistem irigasi modern telah menghasilkan munculnya banyak ”oasis” baru atau lahan hijau di tengah hamparan padang pasir yang ditanami dengan aneka tanaman sayuran maupun buah-buahan. Beberapa jenis sayuran yang banyak ditanam di wilayah ini antara lain : Tomat, Bawang, Kentang dan Cantaulope. Sedangkan untuk Buah-buahan antara lain : Strawberi, Jeruk, Anggur, Mangga, Squash dan Aprikot. Selain tanaman hortikultura, juga banyak ditanam beberapa jenis tanaman pangan (Gandum) maupun tanaman untuk pakan ternak (Alfalfa).
Langkah pertama yang dilakukan untuk reklamasi tersebut adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, antara lain berupa desalinasi (mengurangi kadar garam) dengan penambahan Calsium Carbonat. Selanjutnya dilakukan perataan lahan (levelling) dari semula berbukit-bukit dibuat menjadi lebih rata (flat). Sebelum siap ditanami, diatas lahan berpasir tersebut ditambahkan jenis tanah lainnya yang lebih mampu dalam menyimpan air (clay soil) setebal ± 15 cm.

Sistem pengairan yang diterapkan di beberapa wilayah baru yang telah direklamasi (new reclaimed area) sebagian besar menggunakan sistem irigasi bertekanan utamanya irigasi tetes (drip irrigation). Pemberian pupuk yang dilarutkan juga dilakukan secara bersamaan dengan air irigasi, dikenal sebagai fertigasi. Sedangkan sumber air irigasi berasal dari air tanah maupun air permukaan dari Sungai Nil.

Selain dilakukan melalui proyek pemerintah, usaha reklamasi dan pengusahaan lahan gurun pasir juga dilakukan secara swakarsa oleh beberapa petani/pelaku usaha yang bermodal kuat. Hal ini banyak dijumpai di wilayah Raffah Propinsi Sinai Utara. Usaha pengusahaan lahan baru diawali dengan cara membeli lahan tersebut dari penduduk asli setempat (suku Bedouin) dengan harga yang sangat murah. Selanjutnya dilakukan perataan lahan, penambahan lapisan tanah subur dan pemasangan peralatan irigasi.
Usaha “penghijauan” lahan berpasir tersebut sangat mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Hal ini ditandai dengan mudahnya proses sertifikasi lahan dan tidak adanya batasan luas lahan yang diusahakan oleh masing-masing petani/pelaku usaha. Sehingga seorang petani bisa memiliki lahan seluas 25 feddan (10 ha) dalam satu hamparan.

ii. Mubarak National Project
Proyek nasional yang berada didalam pengelolaan Kementrian Pertanian Mesir ini telah dimulai sejak tahun 1987. Proyek ini merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah Mesir untuk mendistribusikan lahan baru yang telah direklamasi (new reclaimed area) untuk diusahakan di bidang pertanian.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun wilayah dan komunitas baru dengan pengetahuan yang memadai dalam mengusahakan komoditas pertanian. Adapun wilayah yang dikembangkan meliputi hampir seluruh wilayah di sepanjang pinggiran Sungai Nil, yang memanjang dari utara (Alexnadria) hingga ke selatan mendekati perbatasan dengan negara Sudan.
Target utama dari kegiatan proyek ini adalah para lulusan/sarjana baru, khususnya sarjana pertanian, yang berumur tidak lebih dari 30 tahun. Selain sarjana pertanian yang baru lulus, peserta proyek juga berasal dari berbagai latar belakang pendidikan namun memiliki minat yang besar di bidang pertanian.
Kepada setiap peserta proyek diberikan beberapa fasilitas, sebagai berikut :
- Lahan yang telah direklamasi seluas 5 feddan (2 ha)
- Bangunan rumah untuk tempat tinggal
- Uang saku (allowance) sebesar 50 EP setiap bulan, selama satu tahun pertama
- Suplai makanan (untuk 5 orang) setiap bulan, selama tiga tahun
- Penyediaan fasilitas umum (kesehatan, pendidikan, pasar, dll)
Khusus untuk lahan dan rumah, peserta proyek harus mengembalikan biaya investasi tersebut setelah 13 tahun tanpa adanya tambahan bunga. Hingga saat ini, proyek tersebut telah berhasil mendistribusikan lahan kepada peserta proyek sejumlah ± 77.000 orang, dengan rata-rata sejumlah 10.000 orang setiap tahunnya. Sedangkan desa/komunitas baru yang berhasil dibangun sejumlah 164 desa, masing-masing sebanyak 800 rumah untuk setiap desa.
Proyek nasional ini diyakini sangat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan para sarjana baru. Melalui proyek ini juga telah berhasil ditumbuhkan wilayah baru untuk sentra pertanaman sayuran/buah-buahan, seperti : Tomat, Timun, Kentang, Jeruk, Anggur dan Peach. Khusus untuk produksi Kentang, bahkan sudah lama diekspor ke wilayah Eropa.

iii. Sekolah Lapang

Sekolah Lapang (Field School) merupakan salah satu kegiatan penting dalam program penyuluhan pertanian di Mesir. Keberadaan Sekolah Lapang juga disebutkan sebagai satu-satunya pendekatan terbaik untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan petani dalam program pengendalian hama terpadu (PHT).
Kegiatan Sekolah Lapang di Mesir berawal pada tahun 1999, melalui inisiasi proyek yang didanai oleh pemerintah Belanda. Pada beberapa wilayah (khususnya Fayyum Governorate) masih tersisa bangunan semi permanen yang terdapat di tengah lahan, sebagai tempat berlangsungnya pertemuan anggota Sekolah Lapang bagi wanita (dengan jumlah anggota sebanyak ± 25 orang). Pertemuan tersebut dilakukan setiap minggu sekali, selama 2 (dua) jam, dan dibimbing oleh 2 (dua) orang fasilitator atau penyuluh pertanian.

Dalam perkembangannya Sekolah Lapang ini juga ditujukan untuk usaha pemberdayaan wanita di pedesaan. Hal ini menyebabkan bervariasinya materi pertemuan yang tidak hanya terbatas pada masalah teknis budidaya pertanian, melainkan juga berbagai topic yang berkaitan dengan masalah sosial budaya, seperti : kesehatan, lingkungan, pendidikan dan pengelolaan keluarga.

Suasana Sekolah Lapang untuk wanita (kiri) dan hasil kerajinan tangan (kanan)
Peningkatan ketrampilan dan pendapatan wanita pedesaan dilakukan dengan menghasilkan berbagai barang kerajinan tangan yang layak jual. Kegiatan ini diprioritaskan pada pemanfaatan material sisa yang tersedia di sekitar tempat tinggal mereka, sebagai bagian dari pengelolaan kebersihan lingkungan.

iv. Organic / Biodynamic Production
Sebagaimana terjadi di negara-negara lain, gerakan untuk penerapan pertanian organik juga berlangsung di Mesir. Penerapan pertanian organik dalam skala besar telah dilakukan sejak tahun 1977 oleh perusahaan swasta bernama SEKEM Organic Company. Perusahaan ini juga merupakan pelopor gerakan Pertanian Biodinamik yang menjamin keseimbangan aktivitas pertanian dengan keseluruhan sistem alam. Hal ini ditandai dengan adanya Kalender Biodinamik yakni mengisyaratkan saat tanam yang harus disesuaikan dengan perputaran matahari maupun bulan untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan.
Salah satu faktor utama yang selalu ditekankan dalam penerapan pertanian organik ini adalah tercukupinya kebutuhan nutrisi tanaman maupun pengendalian biologis dengan memanfaatkan organisme hidup. Kebutuhan nutrisi tanaman dipenuhi dengan penambahan unsur hara yang diperoleh dari bahan organik, seperti kompos yang telah benar-benar matang. Untuk pembuatan kompos, pihak perusahaan mengalokasikan lahan seluas 20 hektar dari total areal yang dimilikinya yakni seluas 80 hektar.
Untuk bahan baku kompos, digunakan berbagai sisa tanaman (jerami gandum atau padi) ditambah potongan kayu lunak. Potongan sisa tanaman tersebut selanjutnya dicampur dengan kotoran sapi dan kotoran ayam dengan perbandingan (6:3:1). Untuk mencukupi kebutuhan kotoran sapi untuk bahan kompos, pihak perusahaan juga mengusahakan ternak sapi.

Proses pembuatan kompos dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan mesin untuk penyemprotan air dan pembalikan tumpukan kompos. Proses pengomposan ini berlangsung selama 2 – 3 bulan, dengan pembalikan tumpukan kompos sebanyak 2 kali setiap minggu. Kompos yang telah jadi, kemudian dikemas dalam kantung plastik dan selanjutnya diaplikasikan di areal pertanaman milik perusahaan maupun dijual secara komersial untuk konsumen lokal maupun untuk ekspor.

Terdapat beberapa jenis tanaman sayuran dan buah-buahan segar yang diusahakan oleh SEKEM, antara lain : Tomat, Páprika, Selada, Anggur, Jeruk, Peach dan Apel. Selain itu, dalam skala luas juga ditanam berbagai jenis tanaman obat/aromatik di hamparan terbuka, seperti : Chamomile, Sage, Oreganum, Fennel, Mint, Basil, Coriander dan lain-lain.

Oleh perusahaan juga dihasilkan beberapa jenis produk olahan ½ jadi maupun siap saji, berupa : herbal tea, kopi, minyak zaitun dan manisan kurma. Produk olahan tersebut dipasarkan diberbagai supermarket dengan merk dagang ISIS, yang merupakan nama Dewa Kehidupan (God of Life) di jaman Mesir kuno.

Pengusahaan tanaman berkhasiat obat/aromatik, mulai banyak dilakukan oleh petani dalam skala kecil, untuk selanjutnya dikumpulkan, dikeringkan dan dipasarkan oleh asosiasi petani setempat. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik yang berlogo organik yang disahkan oleh lembaga sertifikasi setempat (Egyptian Organic Agriculture – EOA). Pemasaran produk tersebut utamanya ditujukan untuk pasar Eropa (Belanda).

v. Protected Cultivation
Sejak pertengahan era 1960-an oleh Kementrian Pertanian Mesir mulai dikenalkan sistim pertanaman yang disebut sebagai Protected Cultivation. Sistem pertanaman ini dimaksudkan untuk mengatasi adanya kondisi agroklimat yang tidak menguntungkan, dengan cara memodifikasi satu atau lebih aspek mikroklimat di areal pertanaman.
Berdasarkan jenis pelindung atau modifikasi kondisi mikroklimat yang digunakan, protected cultivation dibedakan menjadi 2 (dua) macam yakni : dengan plastic house (rumah plastik) dan polyethylene low tunnel. Selain kedua jenis modifikasi tersebut, juga digunakan 2 (dua) media protektif sederhana, yakni : penutup tanah (mulsa) dan pemecah angin (windbreaker).

Low Tunnel banyak digunakan di areal pertanaman terbuka khususnya selama musim dingin. Low tunnel pada dasarnya merupakan modifikasi sederhana dari rumah plastik, dengan menggunakan kerodong polyethylene setengah lingkaran pada ketinggian sekitar 1 meter diatas lahan. Kerodong plastik tersebut dapat dibuka-tutup untuk menyesuaikan kondisi cuaca utamanya temperatur dan kelembaban udara. Pengunaan rumah plastik maupun low tunnel khususnya ditujukan untuk menghasilkan produk off season (diluar musim).

vi. Stem Cutting Technology
Teknis perbanyakan tanaman dengan cara stek batang, pada dasarnya telah lama dikenal pada beberapa tanaman buah-buahan berkayu. Cara ini juga dijumpai Di Mesir, khususnya dilakukan oleh Desert Research Station yang berada di wilayah North Sinai Governorate. Perbanyakan tanaman dengan stek batang (Zaitun, Cemara, Jojoba dan aneka tanaman hias berkayu) dilakukan secara besar-besaran di dalam greenhouse institusi penelitian tersebut. Upaya ini dilakukan, utamanya untuk membantu petani yang tidak memiliki fasilitas memadai dalam melakukan perbanyakan tanaman
Potongan/stek batang ditanam langsung didalam bak, dengan media pasir yang sebelumnya telah disemprot dengan fungisida. Penyemprotan air dilakukan pada masing-masing bak, segera setelah penanaman selesai. Selanjutnya bak berisi tanaman tersebut ditutup dengan plastik transparan dan dibiarkan selama 2 (dua) bulan tanpa perlakuan apapun, termasuk tidak dilakukannya penyiraman air.

Satu-satunya perlakukan yang dilakukan adalah membuka plastik penutup, untuk mengurangi kelembaban sekaligus untuk mengalirkan embun yang menempel di plastik ke media pertanaman sebagai pengganti penyiraman air. Setelah 2 (dua) bulan, stek batang tersebut siap dipindah-tanamkan di areal pertanaman milik petani, ditandai dengan tumbuhnya akar dan daun-daun baru.

Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya penanaman stek batang secara massal di dalam bak, utamanya dalam hal efisiensi penggunaan air. Selain itu, juga mengurangi beaya produksi untuk penyediaan polibag atau wadah seedling maupun pemeliharaan selama di bak perbanyakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar